skripsi tentang inkuiri terbimbing

Penerapan Inkuiri Terbimbing Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pembelajaran Matematika Di Kelas V
SD Negeri 09 Korong Gadang Padang
Tahun 2010

PROPOSAL SKRIPSI
Di ajukan Kepada Fakultas Tarbiyah Sebagai Langkah
Awal Dalam Penulisan Skripsi

Oleh

DIRISJEN
BP.408 686

Penasehat Akademik
Milya Sari, S.Pd, M.Si

JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH (PGMI)
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
IMAM BONJOL PADANG
1431 H / 2010 M

PROPOSAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS
(PTK)
A. Judul Penelitian
Penerapan Inkuiri Terbimbing Disertai Permainan Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pembelajaran Matematika Di Kelas V
SD Negeri 09 Korong Gadang Padang
Tahun 2010

B. Latar Belakang
Mata pelajaran matematika salah satu ilmu dasar yang telah berkembang pesat baik materi maupun kegunaannya. Maka dari itu konsep dasar matematika harus dikuasai anak sejak dari SD, sehingga anak terampil dan dapat menggunakan atau menerapkan dalam kehidupan sehari-hari (Depdikbud: 81). Matematika sebagai alat bantu dan pelayanan ilmu tidak hanya untuk matematika itu sendiri tetapi juga untuk ilmu-ilmu yang lain, baik untuk kepentingan teoritis maupun kepentingan praktis dalam pemecahan permasalahan-permasalahan sehari-hari sebagai aplikasi dari matematika. Banyak konsep-konsep dari matematika yang snagat diperlukan oleh ilmu lainnya seperti Fisika, Kimia, Biologi, Astronomi, Teknik, Ekonomi, dan Jasmani serta Rohani (Dyah Umbrowati, 2002 dalam Sukarti, 2006: 7).
Matematika adalah pola berpikir, pola mengorganisasikan pembuktian yang logis. Matematika itu adalah bahasa, bahasa yang menggunakan istilah dan didefenisikan dengan cermat, jelas, akurat dengan simbol yang padat, lebih berupa bahasa simbol mengenai arti dari pada bunyi; matematika adalah pengetahuan struktur yang terorganisasi, sifat-sifat atau teori-teori dibuat secara deduktif berdasarkan kepada unsur yang tidak didefenisikan, aksioma, sifat atau teori yang telah dibuktikan kebenarannya; matematika adalah ilmu tentang pola keteraturan pola atau ide; dan matematika adalah suatu seni, keindahannya terdapat pada keteraturan dan keharmonisan. (Jonson dan Rising, 1972 dalam Asep Jihad, 2008:152)
Secara simpel matematika diartikan sebagai telaahan tentang pola dan hubungan, suatu jalan atau pola pikir, suatu seni, suatu bahasa dan suatu alat. (Reys, 1984), karenanya matematika bukan pengetahuan yang menyendiri, tetapi keberadaannya untuk membantu manusia dalam memahami dan menguasai permasalahan sosial, ekonomi dan alam. (Kline, 1973 dalam Asep Jihad, 2008:152)
Dalam al-Qur’an surah Al-Qamar, ayat 49 dinyatakan:
إِنَّا كُلَّ شَيْءٍ خَلَقْنَاهُ بِقَدَرٍ
“Sesungguhnya kami menciptakan segala sesuatau dengan ukuran” (Mahmud Junus, 1983: 478)

Dalam tafsir Al-Maraghi dinyatakan bahwa ayat ini menerangkan bahwa sesunguhnya segala yang terjadi di dalam kehidupan ini adalah dengan ketentuan Allah dan pembentukannya. Menurut ketentuan hikmah-Nya yang Maha bijaksana dan aturan-Nya yang menyeluruh dan sesuai dengan sunnah-sunnah yang ada diletakkan pada makhluk-Nya. (Ahmad Mushthafa Al-Maraghi,1989: 177). Dari pengertian ayat Al-Qur’an di atas diketahui bahwa segala ilmu pengetahuan yang diperoleh tidak hanya bersifat kualitatif, melainkan juga bersifat kuantitatif dan dapat diperlakukan datanya secara matematis (ilmu matematika). (Ahmad Baiquni, 1994:4)
Berdasarkan kurikulum matematika, fungsi dari matematika secara umum adalah sebagai wahana untuk: Mengembangkan kemampuan berkomukasi dengan menggunakan bilangan dan symbol, dan mengembangkan ketajaman penalaran yang dapat memperjelas dan menyelesaikan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan secara khusus (bagi siswa), tujuan mempelajari matematika adalah: Menggunakan logaritma (prosedur pekerjaan), melakukan manipulasi secara matematika, mengorganisasikan data, memanfaatkan symbol, tabel, diagram dan grafik, mengenal dan menemukan pola, menarik kesimpulan, membuat kalimat atau model matematika, membuat interpretasi bangun dalam bidang dan ruang, memahami pengukuran dan satuan-satuannya, menggunakan alat hitung dan alat Bantu matematika. (Asep Jihad, 2008:153)
Orientasi pembelajaran matematika saat ini diupayakan membangun persepsi positif dalam mempelajari matematika di kalangan anak-anak didik. Dalam hal ini guru dipacu memberikan gambaran-gambaran yang rasional tentang kegunaan dan kemudahan matematika bagi anak dalam suasana yang memberikan kenyamanan di tengah kesulitan yang dihadapi oleh anak saat mempelajari matematika, sehingga anak bisa belajar dengan baik dan menghasilkan prestasi yang memadai. Untuk dapat mengembangkan pendekatan ini, perlu menggali potensi positif serta kendala yang dihadapi dalam mempelajari matematika. Kekuatan yang ada dalam matematika terletak dalam keabstrakannya, yang memungkinkan kita dapat menerapkannya dalam berbagai konteks. Kekuatan lain terletak pada konsistensi hukum-hukumnya yang memungkinkan kita dapat menguji kebenaran pernyataan yang masih disangsikan. Kekuatan lain terletak pada model, operasi, prosedur yang memungkinkan kita dapat memecahkan masalah. (Asep Jihad, 2008:154)
Salah satu masalah utama yang dihadapi pendidikan di Indonesia adalah masih kurangnya sikap (attitude) siswa terhadap matematika dan rendahnya prestasi siswa dalam belajar matematika. Hal ini disebabkan karena banyak siswa yang mengalami masalah baik secara komprehensif maupun secara parsial dalam matematika. Selain itu, siswa dalam belajar matematika belum bermakna, sehingga pengertian tentang konsep dari pembelajaran materi matematika sangat lemah. Siswa cenderung mengalami kesulitan dalam mengaplikasikan matematika kedalam situasi kehidupan real. Dan yang menyebabkan sulitnya matematika bagi siswa adalah pembelajaran matematika yang kurang bermakna. Secara umum, model pembelajaran matematika di sekolah masih menggunakan model pembelajaran konvensional yang masih menunjukkan keabstrakan matematika sehingga siswa sulit memahaminya. Proses pembelajarannya hanya berpusat pada guru, siswa tidak diberi keksempatan untuk aktif mengembangkan pengetahuannya. Untuk memperbaiki pembelajaran tersebut maka dibutuhkan suatu model pembelajaran yang melibatkan siswa aktif didalamnya sehingga pembelajaran akan lebih bermakna sesuai dengan tuntutan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). (Alfiah Suyuti M, 2009:1)
Bicara tentang pendidikan di-SD, banyak sekali kekurangan-kekurangan yang terjadi. Dari hasil diskusi pada diklat guru pemandu matematika –SD- di PPPG matematika Yogyakarta dikemukakan bahwa pendekatan abstrak dengan metode ceramah dan pemberian tugas, sangatlah dominant dari setiap kegiatan pembelajaran. Sangat jarang dijumpai guru merencanakan pembelajaran matematika dengan jalan menggunakan pendekatan nyata yang mengaktifkan siswa, karena mereka menganggap pembelajaran yang demikian tidak bermanfaat, membingungkan, dan menyita banyak waktu. Di smping itu kenyataan menunjukkan bahwa bekal kemampuan materi matematika dari guru -SD- masih kurang memadai, sehingga tidaklah mengherankan bila pelajaran matematika yang dikelolanya menjadi kurang maksimal. Oleh karena itu perlu kiranya para guru -SD- diberikan bekal alternatif yang dapat dijadikan sebagai pengayaan model pembelajaran yang mengaktifkan siswa dengan pendekatannya. (Sukayati; 2004:1)
Banyak sekali guru matematika yang menggunakan waktu pelajaran 45 menit dengan kegiatan sebagai berikut: 30 menit membahas tugas-tugas yang lalu, 10 menit memberi pelajaran baru, dan 5 menit memberikan tugas kepada murid-murid. Pendekatan ini yang rutin dilakukan hampir setiap hari, hanya dapat dikategorikan sebagai tiga-M: Membosankan, Mebahayakan, Merusak seluruh minat siswa. (Sobel dan Maletsky; 2004:2)
Ketua Panitia Pelaksana Budi Prasodjo kepada Media Indonesia, di sela-sela Kompetisi Matematika Guru SD/MI se-DKI Jakarta, di Gedung Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan (LPMP) DKI Jakarta, Rabu (9/4), menyatakan bahwa Metode pembelajaran masih menjadi permasalahan utama bagi sebagian besar guru matematika di Indonesia. Hal ini berimbas pada kemampuan rata-rata matematika siswa di Indonesia yang lemah. Metode pembelajaran yang dimaksud yakni ketika banyak guru matematika di Indonesia mengalami kendala saat mengajarkan siswa-siswanya di depan kelas. Seringkali para guru Matematika masih bingung, bagaimana menyiapkan bahan pembelajaran matematika, agar dalam penyampaiannya kepada siswa, dapat dilakukan dengan cara yang menyenangkan. Kondisi seperti itu, mengakibatkan pelajaran matematika menjadi sesuatu yang sulit untuk dicerna siswa, terutama ketika mengerjakan soal-soal penalaran dan pemecahan masalah. Hal inilah yang menyebabkan kemampuan rata-rata matematika siswa di Indonesia, masih rendah dibandingkan dengan Singapura dan Malaysia, khususnya pada siswa Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama. (Budi Prasodjo, Jakarta, 2008)
Mengingat banyaknya peranan matematika dalam segala kehidupan mulai dari yang mendasar hingga yang komplit sekalipun, seperti dalam jual beli, dibutuhkan sistem matematika untuk tukar menukar uang, pembukuan, dan lain sebagainya. Dalam mengaplikasikan matematika dari segi agama Islam dapat pula terlihat melalui berbagai macam kegiatan seperti; pembagian harta warisan (fara’id), pembayaran dan pembagian zakat, perintah berbuat adil dalam melakukan penimbangan pada proses jual beli bahkan sampai pada hal-hal yang bersipat u’budiyah sekalipun.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang penulis lakukan ke SD Negeri 09 Korong Gadang Padang pada hari Kamis, 08 April 2010 dengan beberapa orang guru, diketahui bahwa metode pembelajaran yang dilakukan guru masih bersifat konvensional; guru sangat mendominasi proses belajar mengajar matematika, peserta didik kelihatan tidak antusias saat mengikuti pelajaran matematika yang diberikan guru, dan para murid juga mengaku sangat tidak suka belajar dengan matematika. Ketika wawancara dilakukan dengan beberapa orang guru yang berada di ruangan majelis guru sepakat mengatakan bahwa siswa banyak yang kesulitan dalam menguasai pelajaran matematika, meskipun mereka sudah begitu jelas diberikan materi matematika di kelas. Selanjutnya para guru juga mengakui bahwa mereka masih sering marah kepada siswa dengan alasan bahwa jika tidak dimarahi, para peserta didik tidak akan pernah serius mengikuti pelajaran, sehingga ketuntasan kompetensi minimum (KKM) pada pembelajaran matematika hanya berkisar 30 % saja.
Secara umum pembelajaran matematika, sering dihadapkan dengan hal-hal yang tidak diharapkan guru maupun siswa. Seperti yang terlihat dengan kasus di atas, seharusnya dalam pembelajaran apapun hendaknya para peserta didik dapat belajar secara aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan demi tercapainya tujuan pendidikan nasional yakni mencerdaskan kehidupan bangsa. Jika hal ini masih dibiarkan, maka keterpurukan pendidikan di Indonesia akan semakin parah dan tertinggal jauh oleh negara-negara lainnya di dunia.
Mengingat betapa pentingnya pembelajaran matematika, maka salah satu cara untuk meningkatkan mutu hasil belajar siswa di sekolah dasar (SD/MI) adalah dengan memilih metode-metode pembelajaran yang tepat. Tertarik dengan permasalahan tersebut, maka timbul motivasi bagi penulis untuk menerapkan suatu model pembelajaran yang sekaligus menjadi judul yang penulis angkat dalam penelitian ini yaitu: “Penerapan Inkuiri Terbimbing Disertai Permainan Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pembelajaran Matematika Di Kelas V SD Negeri 09 Korong Gadang Padang Tahun 2010”.

C. Rumusan Dan Batasan Masalah
1. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka penulis dapat menyimpulkan rumusan masalahnya sebagai berikut : “Bagaimana pengaruh Penerapan Inkuiri Terbimbing Disertai Permainan Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pembelajaran Matematika Di Kelas V SD Negeri 09 Korong Gadang Padang Tahun 2010
Selanjutnya rumusan masalah umum tersebut dijabarkan pada rumusan masalah khusus sebagai berikut:
a. Bagaimana merencanakan pengunaan metode pembelajaran Inkuiri Terbimbing Disertai Permainan Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pembelajaran Matematika Di Kelas V SD Negeri 09 Korong Gadang Padang Tahun 2010?
b. Bagaimana mengimplementasikan metode pembelajaran Inkuiri Terbimbing Disertai Permainan Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pembelajaran Matematika sebagai upaya meningkatkan hasil belajar siswa dalam pelajaran matematika di kelas V SD Negeri 09 Korong Gadang Padang tahun 2010?
c. Bagaimana peran guru dan siswa dalam implementasi metode pembelajaran Inkuiri Terbimbing Disertai Permainan Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pembelajaran Matematika sebagai upaya meningkatkan hasil belajar siswa dalam pelajaran matematika di kelas V SD Negeri 09 Korong Gadang Padang tahun 2010?

2. Batasan Masalah
Dari sekian banyak hasil belajar yang ada, maka adapun batasan masalah pada penelitian ini dapat dilihat dari bagan di bawah ini:
Bagan 1.1.
pengaruh metode pembelajaran terhadap Hasil belajar siswa
di kelas V SD Negeri 09 Korong Gadang Padang Tahun 2010.

Metode Pembelajaran Penilaian Hasil Belajar Siswa

Keterangan:
: Pengaruh metode pembelajaran terhadap penilaian hasil belajar siswa secara umum
: Pengaruh metode pembelajaran Inkuiri Terbimbing Disertai Permainan terhadap penilaian hasil belajar siswa ditinjau dari segi ranah kognitif.
Berdasarkan bagan di atas dapat dijelaskan bahwa pada penelitian ini, penulis hanya akan meneliti tentang bagaimana pengaruh penerapan pembelajaran inkuiri terbimbing disertai permainan terhadap hasil belajar siswa ditinjau dari segi ranah kognitif, yaitu berupa penilaian dalam bentuk angka sebagai hasil evaluasi dari materi yang telah diajarkan di dalam kelas, dengan mengacu kepada pencapaian ketuntasan kompetensi minimum (KKM) yang ditetapkan oleh sekolah.

D. Pemecahan Masalah
Untuk memecahkan masalah seperti tersebut di atas, direncanakan dilakukan dengan menggunakan penelitian tindakan kelas, yakni penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru sehingga hasil belajar siswa meningkat. (Wardhani 2007:14 dalam Wina Sanjaya: 2010:142)
Prosedur pemecahan masalah sesuai dengan metodologi penelitian tindakan kelas dapat dilihat pada gambar berikut ini:

Bagan 1.2. Prosedur Penelitian

E. Penjelasan Judul
Agar tidak terjadi kesalah pahaman bagi pembaca karya tulis ilmiyah ini, maka perlu dibuatkan penjelasan judul yang bersumber dari berbagai teori maupun dari pendapat penulis (peneliti) sendiri. Beberapa hal yang perlu dijelaskan dari judul penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Pembelajaran
Belajar (learning) adalah kegiatan atau upaya yang dilakukan siswa sebagai respon terhadap kegiatan mengajar yang diberikan oleh guru. (Nana Syaodih S.,1997:5). Sedangkan belajar menurut kamus bahasa Indonesia adalah: sesuatu perbuatan yang dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan ilmu pengetahuan atau suatu keterampilan, berlatih, dan sebagainya. (M. B. Ali dan T. Deli,1997:17).
Berdasarkan defenisi belajar, maka yang dimaksud dengan pembelajaran adalah keseluruhan pertautan kegiatan yang memungkinkan dan berkenaan dengan terjadinya interaksi belajar-mengajar. (Nana Syaodih S.,1997:5)
Sedangkan pembelajaran yang penulis maksud di sini adalah segenap keterkaitan interaksi dalam proses belajar-mengajar matematika di Sekolah Dasar (SD) Negeri 09 Korong Gadang Padang Tahun 2010.

2. Inkuiri Terbimbing
Inkuiri terbimbing merupakan proses pembelajaran berdasarkan penemuan dan pencarian melalui proses berpikir secara sistematis, dimana guru memimpin murid-murid dengan tahapan-tahapan yang benar, mengijinkan adanya diskusi, menanyakan pertanyaan yang menuntun, dan memperkenalkan ide poko bila dirasa perlu. Ini merupakan kerja sama yang semakin menyenangkan karena hasil akhirnya dapat diperoleh (Udin Syaefudin Sa’ud, 2009: 169 dan Evan M. Maletsky, 2004: 15)
Sedangkan proses pembelajaran inkuiri terbimbing yang penulis maksudkan di sini adalah suatu pembelajaran matematika dengan menggunakan teknik pembelajaran dimana siswa dibimbing melalui pertanyaan pertanyaan dan penugasan sehingga siswa dapat menemukan sendiri materi pelajaran matematika yang sedang dipelajari dalam proses belajar mengajar di kelas V SD Negeri 09 Korong Gadang Padang tahun 2010.

3. Matematika
Matematika adalah ilmu tentang pola, keteraturan pola atau ide; dan matematika adalah suatu seni, keindahannya terdapat pada keteraturan dan keharmonisan. (Jonson dan Rising, 1972 dalam Asep Jihad, 2008:152),
Sedangkan matematika yang dimaksud penulis di sini adalah suatu bidang studi atau materi pelajaran yang diajarkan kepada siswa tentang pola, keteraturan pola atau ide; dan matematika adalah suatu seni, keindahannya terdapat pada keteraturan dan keharmonisan, yang mencakup perhitungan, pengolahan data, penjabaran, pengukuran dan sebagainya dalam bentuk angka dan symbol-simbol di Sekolah Dasar Negeri 09 Korong Gadang Padang tahun 2010.

F. Tujuan Dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Dalam setiap penelitian dan penulisan karya ilmiyah diperlukan adanya penyajian tujuan dari penelitian dan penulisan. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
a. Merancang penggunaan metode pembelajaran inkuiri terbimbing disertai permainan sebagai upaya meningkatkan hasil belajar siswa dalam pelajaran matematika di kelas V SD Negeri 09 Korong Gadang Padang tahun 2010.
b. Mengimplementasikan metode pembelajaran inkuiri terbimbing disertai permainan sebagai upaya meningkatkan hasil belajar siswa dalam pelajaran matematika di kelas V SD Negeri 09 Korong Gadang Padang tahun 2010.
c. Menentukan peran guru dan siswa dalam mengimplementasikan metode pembelajaran inkuiri terbimbing disertai permainan sebagai upaya meningkatkan hasil belajar siswa dalam pelajaran matematika di kelas V SD Negeri 09 Korong Gadang Padang tahun 2010.
2. Manfaat Penelitian
Adapun kegunaan penelitian ini adalah:
a. Untuk Penulis
Sebagai wahana pengembangan ilmu pengetahuan dan pengalaman dalam melaksanakan tugas belajar mengajar pada masa yang akan datang.
b. Untuk Guru
Dapat dijadikan sebagai acuan dalam menggunakan berbagai model, metode, dan teknik serta pendekatan dalam proses belajar mengajar.
c. Untuk Komponen Terkait
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai masukan dalam menyusun program peningkatan kualitas sekolah.

G. Kajian Teori
1. Kurikulum Matematika Dan Pengembangannya
Dalam menghadapi tantangan global, persaingan bebas yang semakin ketat, dan budaya yang semakin plural, maka UNESCO pada tahun 1996 telah menetapkan empat pilar utama pendidikan untuk abad – 21, yaitu: learning to know, learning to do, learning to be, dan learning to live togheter. (Asep Jihad, 2008: 144)
Dengan merujuk kepada tujuan pendidikan nasional, hakekat matematika, dan keempat pilar di atas, maka harapan terhadap lulusan dalam pendidikan Dasar Matematika dapat dirumuskan sebagai berikut:
a. Melalui proses “learning to know”, secara umum siswa diharapkan memiliki pemahaman dan penalaran terhadap produk dan proses matematika (apa, bagaimana, dan mengapa) yang memadai sebagai bekal melanjutkan studinya dan atau menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari atau bidang studi lainnya.
b. Proses learning to do diharapkan memberi kesempatan kepada siswa memilki keterampilan dan mendorong siswa mau melakukan proses matematika (doing math) yang memadai dan dapat memacu peningkatan perkembangan intelektualnya (intelektual sustainable development). Dalam kaitannya dengan “learning to do” , siswa pada setiap tingkatan pendidikan didorong melaksanakan proses matematika mulai dari yangs ederhana dan secara bertahap meningkat kepada yang lebih komplek.
c. Dalam usaha siswa memperoleh pengetahuan matematika, dengan cara melaksanakan proses matematika (doing math), secara bersamaan siswa diharapkan menerapkan pilar ketiga yaitu “learning to be” siswa diharapkan memahami, menghargai atau mempunyai apresiasi terhadap nilai-nilai dan keindahan akan produk dan proses matematika, yang ditunjukkan dengan sikap senang belajar, bekerja keras, ulet, sabar, disiplin, jujur, serta mempunyai motif berprestasi yang tinggi, dan percaya diri.
d. Pelaksanaan belajar matematika yang berorientasi pada “learning to do” dan ”learning to be” dalam bentuk belajar kelompok, atau klasikal merupakan latihan belajar dalam suasana “learning to live together in peace and harmony”, penciptaan suasana pilar keempat ini, memberi kesempatan kepada siswa untuk bersedia bekerja sama/belajar bersama, saling menghargai pendapat orang lain, menerima pendapat yang berbeda, belajar mengemukaka pendapat dan atau beredia “sharing ideas” dengan orang lain dalam melksanakan tugas-tugas matematika khususnya dan tugas-tugas lai yang lebih luas. Dengan kata lain suasana belajar matematika yang berorientasi pada pilar “learning to live together in peace and harmony”, diharapkan siswa mampu ber sosialisasi dan berkomunikasi dalam matematika. Dalam pembelajaran matematika ada mengalami beberapa perubahan pandangan antara lain meliputi:
1) Dari pandangan kelas hanya sebagai kumpulan individu ke arah kelas sebagai komuniti belajar.
2) Dari melayani siswa secara serupa untuk secara keseluruhan kea rah melayani sesuai dengan minat, kekuatan, harapan, dan kebutuhan individu siswa.
3) Pandangan mengikuti kurikulum secara kaku kea rah seleksi dan penyesuaian kurikulum.
4) Dari pandangan guru sebagai otoritas jawaban yang benar ke arah logika dan peristiwa matematika sebagai verivikasi.
5) Dari pandangan guru sebagai pengajar (instructor) kea rah guru sebagai pendidik, motivator, fasilitator, dan menejer belajar.
6) Dari penekanan pada mengingat prosedur penyelesaian dan perolehan informasi kea rah pemahaman, penalaran, dan proses menemukan ide matematika secara aktif.
7) Dari penekanan menemukan jawaban secara mekanistik ke arah menyusun konjengtur, menemukan, dan pemecahan masalah matematika.
8) Dari kebiasaan guru bekerja sendiri kea rah kerja sama antar guru untuk memajukan program matematika.
9) Dari suasana kompetitif yang kurang sehat ke arah tanggung jawab dan perhatian.
10) Dari memandang dan memperlakukan matematika sebagai “body of isolated concepts and procedures” ke arah “connecting mathematics, it’s ideas, and it’s applications”. (Asep Jihad, 2008: 146-147)

2. Karakteristik Pelajaran Matematika
Secara simple metematika diartikan sebagai telaahan tentang pola dan hubungan, suatu jalan atau pola berfikir, suatu seni, suatu seni dan suatu alat, karenanya matematika bukan pengetahuan yang menyendiri, tetapi keberadaannya untuk membantu manusia dalam memahami dan menguasai permasalahan social, ekonomi dan alam. (Kline, 1973 dalam Asep Jihad, 2008: 145)
Dengan memperhatikan arti matematika, maka identifikasi matematika berbeda dengan pelajaran yang lainnya, yaitu dalam hal:
a. Objek pembicaraannya abstrak, sekalipun dalam pengajarannya di sekolah anak diajarkan benda konkrit, siswa tetap didorong untuk melakukan abstraksi.
b. Pembahasan mengandalkan tata nalar, info awal berupa pengertian dibuat seefisien mungkin, pengertian lain harus dijelaskan kebenarannya dengan tata nalar yang logis.
c. Pengertian atau konsep, atau pernyataan sangat jelas berjenjang sehingga terjaga konsistensinya.
d. Melibatkan perhitungan (operasi).
e. Dapat dipakai dalam ilmu yang lain serta dalam kehidupan sehari-hari. (Asep Jihad, 2008: 152-153)

3. Tujuan Pembelajaran Matematika
Secara umum tujuan pembelajaran matematika adalah:
a. Mengembangkan kemampuan berkomukasi dengan menggunakan bilangan dan symbol.
b. Mengembangkan ketajaman penalaran yang dapat memperjelas dan menyelesaikan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari.
Sedangkan secara khusus (bagi siswa), tujuan mempelajari matematika adalah:
a. Menggunakan logaritma (prosedur pekerjaan)
b. Melakukan manipulasi secara matematika
c. Mengorganisasikan data
d. Memanfaatkan symbol, tabel, diagram dan grafik
e. Mengenal dan menemukan pola
f. Menarik kesimpulan
g. Membuat kalimat atau model matematika
h. Membuat interpretasi bangun dalam bidang dan ruang
i. Memahami pengukuran dan satuan-satuannya
j. Menggunakan alat hitung dan alat Bantu matematika. (Asep Jihad, 2008:153)

4. Pola Pembelajaran Matematika
Orientasi pembelajaran matematika saat ini, upaya membangun persepsi positif dalam mempelajari matematika di kalangan anak didik. Untuk dapat mengembangkan pendekatan ini, perlu menggali potensi positif ke alam yang dihadapi dalam mempelajari matematika. Kendala yang terjadi dalam pembelajaran matematika berkisar pada karakteristik matematika yang abstrak, masalah media, masalah siswa atau guru. Kendala tersebut melahirkan kegagalan pada siswa, hal ini bias terjadi karena:
a. Siswa tidak dapat menangkap konsep dengan benar
b. Siswa tidak menangkap arti dari lambang-lambang
c. Siswa tidak memahami asal-usul suatu prinsip
d. Siswa tidak lancer menggunakan operasi dan prosedur
e. Pengetahuan siswa tidak lengkap. (Asep Jihad, 2008:154)
Pendekatan yang bisa mencoba meminimalkan kendala dan mengoptimalkan potensi, dalam aplikasinya seorang guru mencoba menciptakan pengajaran yang berkesan, menyenangkan, memudahkan dan sebagainya. Ada beberapa langkah yang bisa dilakukan oleh guru dalam menciptakan pola pembelajaran di atas yakni, mencoba hal-hal berikut:
a. Mengaitkan pengalaman konsep sehari-hari ke dalam konsep matematika atau sebaliknya, mencari pengalaman sehari-hari dari matematika, merubah bahasa sehari-hari menjadi bahasa matematika.
b. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan pola, membuat dugaan, menjeneralisasikan, membuktikan, mengambil kesimpulan, dan membuat keputusan. Sesekali belajar matematika di luar kelas dengan mengamati hal-hal yang berkaitan dengan matematika, missal sudut, bangun ruang, pembuktian lingkaran dan sebagainya, dengan mengalami langsung daya ingat anak akan lebih tergali dan lama.
c. Membuat formulasi soal terapan dan tidak rutin, serta mencoba soal teka-teki dn permainan, memberikan gambaran tentang keberadaan soal-soal matematika sebagai salah satu upaya mengembangkan daya ingat dan pengalaman mereka, sebab matematika tidak terbatas pada ingatan saja, perlu pengalaman dan mencoba sendiri soal-soal untuk memahaminya.
d. Mengembangkan metode yang bervariasi, memilih metode-metode yang membuat anak senantiasa terlibat dalam proses pembelajaran matematika serta memanfaatkan media yang sederhana namun tetap berpijak dari tujuan penggunaan media yakni memudahkan dalam belajar.
e. Meluruskan tujuan pembelajaran secara riil, membangun suasana belajar yang menyenangkan, memberikan penghargaan yang memadai bagi setiap pekerjaan anak. (Asep Jihad, 2008:154-155)

5. Hakikat Pendidikan Matematika
a. Pendidikan Matematika
Pendidikan pada dasarnya adalah suatu proses membantu manusia dalam mengembangkan dirinya sehingga mampu menghadapi segala perubahan dan permasalahan dengan sikap terbuka dan kreatif tanpa kehilangan identitas dirinya. (Asep Jihad, 2008:158)
Sejalan dengan pikiran tersebut di atas, maka guru matematika hendaknya menguasai kumpulan pengetahuan masa lalu yang kemudian diteruskan kepada anak didik dan juga menguasai proses, pendekatan dan metode matematika yang sesuai, sehingga mendukung peserta didik berpikir kritis, menggunakan nalar secara efektif dan efisien, serta menanamkan benih sikap ilmiah, bertanggung jawab, keteladanan, rasa percaya diri disertai dengan iman dan taqwa. (Asep Jihad, 2008:158)

b. Tugas Guru Matematika
Dalam upaya mencapai tujuan pendidikan Nasional, seorang guru tidak hanya sebagai pengajar saja, tetapi juga sebagai pendidik. Misi utama guru matematika sebagai pengajar adalah tercapainya tujuan-tujuan instruksional matematika, sedangkan misi guru matematika sebagai pendidik adalah mengupayakan terwujudnya perkembangan kepribadian peserta didik dalam arti yang lebih luas. Dengan kata lain seorang guru matematika bukan hanya bertugas sebagai pentransfer pengetahuan, keterampilan saja, akan tetapi mereka juga harus mampu menanamkan kepada peserta didik untuk dapat berpikir rasional, sistematis, kritis, kreatif, cerdas, memiliki rasa estetis yang tinggi, terbuka, menumbuhkan rasa ingin tahu yang tinggi dengan prinsip matematika. (Asep Jihad, 2008:159)

c. Seni Mengajar Matematika
Terkait dengan seni mengajar matematika, Sobel dan Maletsky (2004) memaparkan beberapa hal yang harus diterapkan dalam mengajara matematika, yaitu:
1) Memulai pelajaran Dengan Cara Yang Menarik
Banyak sekali guru matematika yang menggunakan waktu pelajaran 45 menit dengan kegiatan sebagai berikut:
a) 30 menit membahas tugas-tugas yang lalu
b) 10 menit memberi pelajaran baru
c) 5 menit memberikan tugas kepada murid-murid
Pendekatan ini yang rutin dilakukan hampir setiap hari, hanya dapat dikategorikan sebagai tiga-M: Membosankan, Mebahayakan, Merusak seluruh minat siswa. Meskipun penting untuk membahas tugas-tugas yang telah diberikan, tetapi seorang guru tidak perlu memulai pelajaran seperti cara di atas, dan seharusnya tidak menggunakan sebagian besar waktunya di kelas untuk membahas tugas-tugas yang lalu.

2) Mulai Dengan Pertanyaan Yang Menantang
Sebuah pertanyaan yang menantang dapat digunakan sebagai cara yang efektif untuk memulai atau mengakhiri suatu pelajaran. Sebuah pertanyaan yang memancing diberikan, kemudian murid-murid diberi kesempatan untuk menduga, mendiskusikan maupun berdebat untuk memperoleh jawabannya. Kemudian dengan dituntun oleh guru, metode yang tepat dibahas untuk menjawab pertanyaannya. Tentu saja pertanyaan dirancang sedemikian rupa sehingga jawaban yang diperoleh dengan menggunakan materi dan metode yang sesuai dengan kurikulum dan tingkat pelajaran serta kemampuan siswa. Disaat sebelum menutup pelajaran, akhirilah pelajaran dengan sesuatu yang menarik; seperti permainan.

3) Memberi Tantangan
Banyak pertanyaan yang menarik dan menantang yang dapat digunakan untuk merasangsang diskusi di awal pelajaran, dan dapat juga memotivasi keahlian menghitung. Berikut ini adalah beberapa ilustrasi yang dapat dilakukan oleh guru. Menurut Sobel dan Maletsky (2004) sebagai berikut:
a) Pikirkan satu juta uang logam seratus Rupiah yang ditumpuk ke atas. Apakah tumpukannya akan; Lebih tinggi dari langit-langit ruang kelasmu?, lebih tinggi dari tiang bendera sekolah?, lebih tinggi dari tugu monas?, atau lebih tinggi dari bulan?
b) Satu juta uang kertas seribu Rupiah disusun memanjang. Berapa panjang susunannya? Apakah sepanjang lapangan bola? Apakah sepanjang sebuah provinsi? Apakah sepanjang wilayah Indonesia? Apakah sekeliling dunia?
c) Saya akan membunyikan jari saya. Satu menit berikutnya saya akan membunyikan lagi. Kemudian membunyikan lagi dua menit sesudah itu, lalu empat menit, delapan menit, enam belas menit, dan seterusnya. Setiap kali saya melipat duakan menitnya. Berapa kali saya akan membunyikan jari saya selama satu tahun?
d) Kejadian sejarah apa yang terjadi kira-kira satu milyar tahun yang lalu?
e) Berapa banyak pensil yang diperlukan bila disambungkan untuk menghubungkan kota Sabang dan Merauke? Buatlah asumsi-asumsi anda dalam memperkirakan jawaban siswa. (Antisipasi akan adanya siswa yang menjawab hanya ada satu pensil yang cukup panjang yang diperlukan).

4) Gunakan Topik-Topik Sejarah Bila Perlu
Banyak sekali murid kita yang berpikir pelajaran matematika sebagai sesuatu yang membosankan, dan mereka menggambarkan matematikawan sebagai pertapa yang menghabiskan hidupnya terkubur dalam segunung angka-angka. Satu cara menarik untuk membuat agar matematika hidup adalah dengan menggunakan artikel-artikel sejarah untuk membantu menunjukkan bahwa matematikawan adalah manusia biasa, punya kelemahan dan punya keinginan.

5) Gunakan Alat Peraga Secara Efektif
Banyak anjuran tentang penggunaan alat peraga di dalam pelajran matematika agar siswa dapat mengembangkan pembelajarannya. Yang dibahas adalah alat-alat peraga yang dapat dibuat sendiri oleh guru dalam waktu yang singkat dan murah biayanya.
a) Menra Hanoi
Menara Hanoi adalah salah stu pesoalan matematika yang terkenal yangmana murid-murid sangat senang menyelesaikan. Meskipun beberapa murid bisa dengan mudah membuat peralatannya tetapi menara Hanoi dapat diperaktekkan dengan tiga benda apa saja yang berbeda ukurannya.
Pertama-tama jelaskan aturan mainnya. Menara Hanoi terdiri dari tiga cakram dengan ukuran yang berbeda, yang terbesar diletakkan paling bawah, dan yang terkecil diletakkan paling atas. Tujuan dari permainan ini adalah memindahkan cakram dari satu tiang ke tiang yang lain dengan susunan seperti semula dengan cara pemindahan yang sedikit mungkin dengan aturan:
(1) Pindahkan hanya satu cakram pada setiap pemindahan.
(2) Cakram yang lebih besar tidak boleh diletakkan di atas yang lebih kecil.
Sesudah menjelaskan aturan mainnya, murid-murid diminta memainkannya dengan menggunakan tiga koin dan tiga posisi yang mungkin.
Ketiga koin harus dipindahkan dari A ke B atau ke C denga aturan seperti yang dijelaskan di atas. Dengan tiga koin (benda), hanya tujuh kali pemindahan yang diperlukan. Sesudah murid-murid menyelesaikan permainan dengan 7 kali pemindahan, suruh mereka bermain dengan empat benda. Untuk permainan dengan empat benda, dengan aturan yang sama seperti di atas, diperlukan pemindahan sebanyak 15 kali.

b) Aktivitas Melipat dan Menggunting Kertas
Selembar kertas dapat dijadikan sebagai alat peraga sederhana dan berguna untuk guru matematika. Aktivitas melipat kertas sering menarik minat belajar geometrid an juga dapat untuk memberi persoalan yang menantang. Sebagai contoh, ketika murid-murid belajar segi tiga sama sisi, mereka dapat menyelidiki metode untuk mengkonstruksi segitiga sama sisi dengan melipat kertas dengan tepi yang lebih pendek sebagai sisinya.

c) Mengunakan Seutas Tali
Keguanaan yang dapat diperoleh guru dengan seutas tali dalam pengajaran matematika adalah: masuklah ke dalam kelas dengan seutas tali di kantong dan tarik ke luar sebagian. Perintahkan setiap murid untuk menduga panjangnya sebelum ia melihat tali seluruhnya. Jelas bahwa jawaban murid akan bermacam-macam. Tarik lagi keluar sisa talinya dan murid-murid akan menebak lagi panjang talinya. Jawabnya pun masih akan bermacam-macam. Berikutnya suruh murid-murid menduga berapa tali tersebut akan dapat mengelilingi sebuah koin dan sebuah bola basket. Setelah panjang tali sebenarnya diinformasikan, sambungkan ujung-ujungnya dan murid-murid ditanya mengenai ukuran persegi dan segi tiga sama sisi terbesar yang dapat dibentuk dengan tali tersebut. (Max A. Sobel & Evan M. Maletsky, 2004: 1-14)

6. Model Pembelajaran Inkuiri
Asas inkuiri merupakan proses pembelajaran berdasarkan penemuan dan pencarian melalui proses berpikir secara sistematis. Pengetahuan bukanlah sejumlah fakta hasil dari mengingat, akan tetapi hasil dari proses menemukan sendiri. Tindakan guru bukanlah mempersiapkan anak untuk menghafal sejumlah materi akan tetapi merancang pembelajaran yang memungkinkan siswa menemukan sendiri materi yang harus dipahaminya. Belajar merupakan proses mental seseorang yang tidak terjadi secara mekanis, akan tetapi perkembangan diarahkan pada intelektual, mental emosional, dan kemampuan individual yang utuh. (Udin Syaefudin Sa’ud, 2009: 169)
Dalam model inkuiri dapat dilakukan melalui bebrapa lagkah sistematis, yaitu:
a. Merumuskan masalah
b. Mengajukan hipotesis
c. Mengumpulkan data
d. Menguji hipotesis berdasarkan data yang dikumpulkan
e. Membuat kesimpulan.
Penerapan model inkuiri ini dapat dilakukan dalam proses pembelajaran kontekstual, dimulai atas dasar kesadaran siswa aka masalah yang jelas dan ingin dipecahkan. Dengan demiakian siswa didorong untuk menemukan masalah. Apabila masalah ini telah dipahami dengan jelas, selanjutnya siswa dapat mengajukan jawaban sementara (hipotesis). Hipotesis itulah akan menuntun siswa melakukan observasi dalam megumpulkan data. Bila data terkumpul, maka dituntut untuk menguji hipotesis sebagai dasar untuk merumuskan kesimpulan. Asas menemukan itulah merupakan asas penting dalam pembelajaran kontekstual. (Udin Syaefudin Sa’ud, 2009: 170)

7. Pembelajaran Inkuiri Terbimbing
Terdapat perbedaan pandangan mengenai peran penemuan dalam pengajaran matematika. Beberapa orang berpendapat bahwa keterampilan dan konsep adalah yang terbaik diajarkan ketika murid-murid diijinkan untuk membuat sendiri penemuan yang berarti. Di pihak lain, banyak yang merasa bahwa banyak murid, khususnya yang lambat dalam menerima pelajaran, sebaiknya belajar dngan memakai pendekatan yang ditunjukkan dan dikatakan oleh gurunya. Tanpa memperhatikan pendapat mana yang akan diikuti, jelas bahwa teknik penemuan dapat digunakan secara efektif untuk merangsang dan memelihara daya tarik dalam belajar matematika. (Max A. Sobel & Evan M. Maletsky,2004: 14)
Untuk kebanyakan situasi dalam kelas, paling baik diterapkan pendekatan penemuan terbimbing, dimana guru memimpin murid-murid dengan tahapan-tahapan yang benar, mengijinkan adanya diskusi, menanyakan pertanyaan yang menuntun, dan memperkenalkan ide poko bila dirasa perlu. Ini merupakan kerja sama yang semakin menyenangkan karena hasil akhirnya dapat diperoleh. Contoh yang dapat digunakan sebagai ilustrasi untuk pendekatan penemuan terbimbing yang dapat digunakan di dalam kelas untuk kebanyakan murid; Murid-murid diminta untuk menemukan hasil penjumlahan dari:
+……….. +
Selain sulit tugas ini juga menjemukan. Guru menyarankan bahwa salah satu strategi menyelesaikan masalah ini adalah dengan memikirkan versi yang lebih sederhana dari persoalan di atas. Murid-murid diajak memikirkan suku pertama, dua suku pertama, tiga suku pertama, dan seterusnya untuk mencari polanya. (Evan M. Maletsky, 2004: 15)

8. Permainan Dalam Pembelajaran Matematika
Memperkenalkan suatu topic yang istimewa di beberapa menit terakhir dari jam pelajaran dapat membuat murid-murid menyesali mengapa jam pelajaran segera berakhir. Diharapkan murid-murid akan meninggalkan kelas dengan memperbincangkan sesuatu yang menyenangkan yang telah terjadi pada pelajaran matematika yang baru saja diikuti dan diharapkan semangat mereka akan terus membara sampai hari-hari berikutnya dan mereka ingin sekali kemabali mendapatkan pelajaran matematika untuk mendapatkan materi pelajaran yang lebih banyak lagi. Evan M. Maletsky, 2004: 21) salah satu ilustrasi permainan yang dimaksud adalah: Permainan 50.
Permainan ini dirancang untuk dua pemain. Sebuah cara efektif untuk memperkenalkan permainan ini adalah dengan mengumumkan bahwa anda adalah juara dunia untuk permainan ini, dan anda ingin punya murid yang menantang anda. Kemudian ijinkan satu atau dua murid untuk berkompetisi dengan anda selama beberapa menit terakhir dari jam pelajaran setiap hari dari beberapa hari. Lanjutkan sampai ada murid di kelas mencatat pola yang anda gunakan untuk memenangkan permainan dan ada murid yang memenangkan permainan.
Aturan permainan dari permainan 50 adalah; permainan dimainkan dengan menggunakan angka 1, 2, 3, 4, 5, dan 6. Dua pemain secara bergantian memilih angka dan yang pertama mencapai jumlah 50 keluar sebagai pemenang. Setiap kali angka baru dipilih, nilainya ditambahkan ke jumlah nilai angka yang telah diperoleh sebelumnya oleh kedua pemain. Jika murid mendapat giliran pertama memilih angka dan ia memilih angka 3, maka guru berikutnya mungkin akan memilih angka 6, yang jumlahnya menjadi 9. Jika murid kemudian memilih angka 5 maka jumlahnya menjadi 14, dan selanjutnya giliran guru lagi untuk memilih angka. Permainan berlangsung terus dengan aturan seperti ini sampai salah satu sebagai pemenang dengan mencapai jumlah 50. Evan M. Maletsky, 2004: 22)

H. Rencana Dan Prosedur Penelitian
1. Subjek Penelitian
Yang dimaksud subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VA SD Negeri 09 Korong Gadang Padang tahun ajaran 2010-2011.
2. Waktu
Penelitian ini direncanakan selama 2 (dua) bulan.
3. Lama Tindakan
Tindakan penelitian direncanakan akan dilaksanakan selama 3 (tiga) minggu untuk 3 (tiga) kali putaran.
4. Lokasi
Lokasi penelitian akan dilaksanakan di SD Negeri 09 Korong Gadang Padang, Jl. Kuranji No. , Padang.
5. Prosedur Penelitian
Penelitian ini direncakan akan dilaksanakan dalam 3 (tiga) siklus (putaran). Setiap siklus dijelaskan di bawah ini.
a. Siklus 1
Pada siklus ini difokuskan pada upaya peningkatan hasil belajar siswa melalui implementasi pembelajaran inkuiri terbimbing disertai permainan. Indikator keberhasilan diukur dari meningkatnya secara kuantitatif aktivitas siswa dalam belajar baik dalam melaksanakan proses pembelajaran maupun dalam mengerjakan tugas sesuai dengan jenis tugas yang dibebankan kepada setiap siswa.

b. Siklus 2
Pada siklus ini difokuskan pada perbaikan implementasi metode pembelajaran inkuiri terbimbing disertai permainan sebagai upaya peningkatan hasil belajar siswa dalam pelajaran matematika. Indikator keberhasilan diukur dari kualitas siswa melaksanakan proses pembelajaran, misalnya diukur dari kegairahan siswa mengikuti tahapan pembelajaran, keseriusan melaksanakan tugas, serta tanggung jawab setiap individu terhadap tugas yang diberikan.

c. Siklus 3
Siklus ini diarahkan pada proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing disertai permainan dengan penyempurnaan pada aspek tertentu hasil observasi dan refleksi siklus dua. Indikator keberhasilan diukur dari kemampuan setiap siswa memiliki kompetensi termasuk penguasaan hasil belajar melalui tes.

I. Jadwal Penelitian
Jadwal penelitian dapat dilihat pada table berikut:
No Jenis Kegiatan Waktu Minggu ke-
1 2 3 4 5 6 7 8
1 Persiapan
Menyusun konsep pelaksanaan √ √
Menyusun instrument √
2 Pelaksanaan
Melakukan tindakan siklus I √
Melakukan tindakan siklus II √
Melakukan tindakan siklus III √
3 Penyusunan laporan
Menyusun konsep laporan √
Menyempurnakan draft laporan √

J. Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
BAB I Pendahuluan, yang meliputi:
1. Latar belakang masalah
2. Rumusan dan batasan masalah
3. Pemecahan masalah
4. Tujuan penelitian
5. Manfaat penelitian
6. Hipotesis tindakan
7. Rencana dan prosedur penelitian
8. Jadwal penelitian
BAB II. Kajian Teori, yang meliputi:
1. Kurikulum matematika dan pengembangannya
2. Karakteristik pelajaran matematika
3. Tujuan pembelajaran matematika
4. Pola pembelajaran matematika
5. Hakekat Pembelajaran matematika
6. Model pembelajaran inkuiri
7. Pembelajaran inkuiri terbimbing
8. Permainan dalam pembelajaran matematika
BAB III. Hasil Penelitian, yang meliputi:
1. Deskripsi penerapan pembelajaran inkuiri terbimbing pada pelajaran matematika di kelas V SD Negeri 09 Korong Gadang Padang.
2. Hasil belajar siswa dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing pada pelajaran matematika di kelas V SD Negeri 09 Korong Gadang Padang.
3. Deskripsi hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing pada pelajaran matematika di kelas V SD Negeri 09 Korong Gadang Padang.
BAB IV. Penutup, yang meliputi; kesimpulan dan saran

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran, PT.Remaja Rosda Karya,Bandung, 2008
Ahmad Mushthafa Al-Maraghi: “Tafsir Al-Maraghi, CV. Toha Putra Semarang, 1989
Ahmad Baiquni, Al-Qur’an Ilmu Pengetahuan Dan Teknologi, PT. Dana Bhakti Prima Yasa, Jakarta, 1994
Alfiah Suyuti M, Hubungan Model pembelajaran dengan keaktifan Siswa, Skripsi-UMS, Semarang 2009
Asep Jihad, Pengembangan Kurikulum Matematika, Multi Pressindo, Bandung, 2008
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D, Alfa Beta, Bandung, 2010
Sukarti, Keefektifan Penggunaan Metode Penemuan Dalam Pembelajaran Matematika, Tugas Akhir-D2-PGSD-UNS, Semarang, 2006
Suyuti: http/www.worldpress.com//matematika/sd/2004
Budi Prasojo, Kompetsi Matematika Guru SD/mi se-DKI, Media Indonesia, Jakarta, 2008
Masnur Muslich, KTSP Dasar Pemahaman Dan Pengembangan, Bumi Aksara, Malang, 2007
Max A. sobel dkk, Mengajar Matematika Ed.3, Erlangga, Jakarta, 2004
Nasution S, Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar Dan Mengajar, Bumi Aksara, Bandung, 1982
Sukayati, Seminar Ilmiyah PPPG-SD, Yogya Karta, 2004
Udin Syaefudin Sa’ud, Inovasi Pendidikan, Alfa Beta, Bandung, 2010
Wina Sanjaya, Penelitian Tindakan Kelas, Kencana Prenada Media group, Bandung, 2009

OUT LINE

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Rumusan Dan Batasan Masalah
C. Pemecahan Masalah
D. Tujuan Penelitian
E. Manfaat Penelitian
F. Hipotesis Tindakan
G. Rencana dan Prosedur Penelitian
H. Jadwal Penelitian

BAB II KAJIAN TEORI
A. Kurikulum matematika dan pengembangannya
B. Karakteristik pelajaran matematika
C. Tujuan pembelajaran matematika
D. Pola pembelajaran matematika
E. Hakekat Pembelajaran matematika
F. Model pembelajaran inkuiri
G. Pembelajaran inkuiri terbimbing
H. Permainan dalam pembelajaran matematika

BAB III HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi penerapan pembelajaran inkuiri terbimbing disertai permainan pada pelajaran matematika di kelas V SD Negeri 09 Korong Gadang Padang.
B. Hasil belajar siswa dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing disertai permainan pada pelajaran matematika di kelas V SD Negeri 09 Korong Gadang Padang.
C. Deskripsi hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran kontekstual pada pelajaran matematika di kelas V SD Negeri 09 Korong Gadang Padang.

BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran

Dipublikasi di Uncategorized | Meninggalkan komentar

lalu lalang mahasiswa

DIRISJEN,,,PGMI/A-MTK,,,SEMESTER: VIII,,,FAKULTAS TARBIYAH-IAIN IMAM BONJOL PADANG,,,2010,,,,,TUGAS KOMPUTER,,,
BLOG: http//dirisjen.wordpress.com

wassalam

Dipublikasi di Uncategorized | Meninggalkan komentar

lalu lalang dulu,,,DIRISJEN

NAMA: DIRISJEN
BP: 408.686
JUR: PGMI/A-MTK
SEMESTER: VIII
BLOG: http//dirisjen.wordpress.com

wassalam.

Dipublikasi di lalu lalang mahasiswa | Meninggalkan komentar

lalu lalang

Dirisjen

identitas saya

Dipublikasi di Uncategorized | Meninggalkan komentar

pengaruh pendidikan usia dini terhadap perkembangan usia remajaPENGARUH PENDIDIKAN USIA DINI TERHADAP PERKEMBANGAN USIA REMAJA

By. Dirisjen
BP. 408.686
Mahasiswa PGMI/A-mtk, Semester VIII
Fakultas Tarbiyah IAIN Imam Bonjol Padang

Pendidikan Anak usia Dini (PAUD) merupakan pendidikan pada tahap dimana anak sedang tumbuh dari bayi hingga berusia 4-5 tahun. asa ini merupakan masa emas bagi usia manusia, dimana perkembengan kognitif nya berkisar hingga 80 %. hal ini sangat berpengaruh untuk perkembangan selanjutnya, karena pada usia 18 tahun anak akan mencapai perkembangan hingga 100 ,%. Alangkah disayangkan jika pendidikan anak pada masa emas ini disia-siakan oleh orang tua anak tersebut.

PENGARUH PENDIDIKAN ANAK USIA DINI TERHADAP PERKEMBANGAN REMAJA

Perkembangan remaja sangat ditentukan oleh masa emas (masa anak pada tahap usia dini). Jika pendidikan pada usia dini cukup bagus, insya Allah seorang remaja akan tumbuh dengan sempurna.
Tidaklah mengherankan, jika seorang anak yang sudah mendapat pendidikan yang optimal pada tahap perkembangan usia dini, maka remaja akan selalu tanggap terhadap stimulant yang patut diterimanya dengan yang tidak patut diterimanya.
Anak yang biasanya jauh dari pendidikan pada tahap masa emasnya, otomatis pada tahap perkembangan remajanya akan senantiasa merasa kurang menemukan jati dirinya (Enung, 2006).
Jadi pendidikan anak usia dini sangat perlu diperhatikan, agar kelak setelah anak berusia remaja, akan berkembang secara optimal baik fisik maupun rohaninya. Tinggal orang tua yang akan memilih dan memilah pendidikan yang sesuai dengan putra putri mereka sendiri.
By: Dirisjen

Dipublikasi di Uncategorized | Meninggalkan komentar

Hello world!

Welcome to WordPress.com. This is your first post. Edit or delete it and start blogging!

Dipublikasi di Uncategorized | 2 Komentar